Langsung ke konten utama

Mahasiswa Eropa vs Timur Tengah



Kenapa ya kalau gue perhatiin effortnya mahasiswa eropa itu jauh lebih menantang dari pada mahasiswa timur tengah yang kebanyakan leha-leha, contohnya di mesir. Waktu gue kuliah di Mesir, gak tau kenapa atmosfer belajarnya itu sama sekali gak dapet. Mahasiswa Mesir banyak banget yang dagang, organisasi, pacaran, sampai lupa amanah ilmiah yang harus mereka bawa ke tanah air. Sekarang ketika gue liat lulusan Mesir atau Al-Azhar, gue langsung under estimate gitu.

Bukannya bermaksud menjelek-jelekin Al-Azhar, Al-Azhar secara lembaga pendidikan sendiri kan dibagi dua tuh, ada Jami' (non formal) ada Jami'ah (formal). Pendidikan non formal ini yang menurut gue mantep banget, kajian kitabnya mendalam, kadang ada guru yang bahas huruf per huruf, kata per kata. Cuma kalau ngomongin pendidikan formalnya, menurut gue biasa aja, sama aja kayak kuliah di kampus mainstream. Peringkat Universitas Al-Azhar sendiri cuma diurutan ke-7 se negara Mesir, dan urutan 2000 kebawah se dunia.

Miris aja gitu ya, mahasiswa Al-Azhar yang dari Indonesia ini kalau pulang kebanyakan cuma bawa tangan kosong. Ya mungkin ada satu dua yang bawa banyak ilmu, mereka adalah orang-orang yang kuat dengan segala kebebasan. Orang-orang itu patut untuk dikasih acungan jempol. Karena peraturan kampus yang bebas ditambah kultur Mesir yang bebas sangat-sangat menjadi cobaan buat mereka. Sisanya cuma trip aja di Mesir, kebetulan tripnya lama, bertahun-tahun. Ada yang nyambi jaga warung, supir uber, penukaran uang, jualan bagasi, dll.

Gue sendiri ngerasain banget ketika gue dan istri disana. Dalam seminggu, jadwal matkul di kampus 5 hari, nine to five. Tapi gue sendiri kuliah cuma 2-3 hari, sisanya kerja di asrama mahasiswa Malaysia. Istri alhamdulilah kuliah terus. Sebenernya bukan karena gue males, gak sama sekali. Gue cuma butuh uang bakal gue dan bini bisa survive di negaranya fir'aun ini. Kalau gak kerja kayaknya gak akan ada pemasukan, gue dan istri bakal gak punya uang buat makan, beli karcis bis, dan beli diktat kuliah.

Sistem pendidikan yang bobrok ini emang udah menjadi borok lama di negara Mesir. Dari sinilah gue mulai kurang yakin dengan orang Arab apakah mereka bisa mimpin umatnya Rasulullah SAW. Orang Arab itu berantakan administrasinya, gak pinter apik sama suatu barang. Banyak bangunan di Mesir yang bagus-bagus, warisan dari Perancis. Tapi justru setelah Mesir merdeka, rakyatnya gak bisa jaga peninggalan itu dengan baik. Coba lu search deh di youtube dengan keyword : egypt '19.

Beda banget kalau liat sistem di eropa atau amerika. Mereka orangnya rapih-rapih. Masya Allah gue bilang mah. Pendidikan disana luar biasa, effort mahasiswanya pun sangat tinggi. Painnya sangat menantang. Dari gaya bicaranya, mahasiswa eropa dan barat ini keliatan banget orang yang kepalanya penuh dengan pikiran yang cemerlang. Seneng aja gitu ya nonton vlognya mahasiswa indo yang ada di europe atau di amerika. Semuanya bermutu, berisi, banyak informasi dll. dari pada channel intan & rifqi, mahasiswa al-azhar dan istrinya yang isi kontennya kurang berisi. Kan mantep kalau itu channel dipake buat berbagi ilmu pengetahuan, maksud gue bukan ceramah agama aja, ya kan?



Komentar